Kamis, 10 Oktober 2013

Sejarah Singkat Nabi Muhammad S.A.W



1.     Lahirnya Nabi Muhammad S.A.W
          Disaat itu lahir dari keluarga yang sederhana, seorang bayi yang kelak akan membawa kemajuan peradaban manusia makhluk yang mempunyai akal dan pikiran. Bayi itu yatim, bapanya yang bernama Abdullah telah meninggal dunia kurang lebih 3 bulan sebelum dia dilahirkan. Atas kelahiran bayi itu disambut oleh kakeknya yang bernama Muthalib dengan penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya kekaki Ka’bah. Ditempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad.
          Kelahiran Nabi Muhammad s.a.w pada tanggal 12 Rabiul awal tahun gajah bertepatan dengan tanggal 20 april tahun 571 masehi. Tahun kelahiran beliau disebut tahun gajah, karna pada waktu negeri Makkah kedatangan tentara pasukan yang berkendaraan gajah hendak menghancurkan Ka’bah. Ketika pasukan itu hendak meruntuhkan Ka’bah, maka Allah mengutus burung Ababil untuk menghancurkan pasukan itu dengan melempari kerikil-kerikil batu sehingga mereka bagaikan daun-daun kayu yang dimakan ulat. Hal ini difirmankan Allah dalam surah Al-Fil.

2.     Bayi Muhammad S.A.W Membawa Keberkahan
          Menjadi adat kebiasaan orang-orang Makkah sewaktu itu, setiap bayi dicarikan orang dari pegunungan untuk mengasuh dan memeliharanya, karena dikota Makkah hawanya tidak cocok untuk bayi. Saat itu seorang perempuan suku Badwi Halimatus Sa’diah namanya, datang kedapa Siti Aminah ibu Nabi s.a.w menawarkan dirnya untuk merawat Muhammad s.a.w. Atas persetujuan semua keluarga, diserahkanlah bayi Muhammad s.a.w kepada Halimatus S’diah. Setelah mendapat bayi Muhammad s.a.w, ia dapat merasakan perubahan nasib hidupnya. Sebelumnya ia selalu menemui hidup serba susah, dan anak kandungnya sering menangis karena kelaparan dan kekurangan air susu. Setelah bayi Muhammad s.a.w tinggal bersamanya, kehidupnya mulai berubah menjadi berkecukupan. Saat Halimah merasakan bahwa dirinya mendapatkan rahmat dari Allah lantaran bayi Muhammad s.a.w yang dikaruniai keberkahan itu. Selama 4 tahun Muhammad s.a.w diasuh dan dibesarkan dalam pengawasan Halimatus Sa’diyah.

3.     Nabi Muhammad S.A.W Menjadi Yatim Piatu
          Genap enam tahun umur Nabi s.a.w, saat beliau diajak oleh ibunya pergi ke Madinah untuk diperkenalkan kepada keluarga nenenya Bani Najjar yang sekaligus diajak berkunjung kepusara ayahnya dimana dikuburkan. Satu bulan beliau tinggal di Madinah bersama ibunya, kemudian kembali ke Makkah. Dalam perjalanan mereka ke Makkah, baru sampai disebuah kampung yang bernama Abwa’, mendadak Siti Aminah yaitu ibu Nabi s.a.w jatuh sakit sehingga wafat disitu juga. Setelah pemakaman ibunya selesai, beliaupun meneruskan perjalanannya menuju Makkah bersama dengan kakeknya.

4.     Nabi S.A.W Menjadi Kesayangan Kakeknya
          Sejak ibunya wafat Nabi s.a.w diasuh oleh kakek dari ayahnya, yang bernama Abdul Muthalib, ia sangat sayang sekali kepada Nabi s.a.w. dimana ketika Nabi dilahirkan, ia sendiri yang memberikan nama “Muhammad” yang artinya “Orang yang terpuji”. Satu nama yang diberikan oleh kakeknya itu sesuai dengan nama pemberian dari Allah yaitu “Ahmad” artinya ”Orang yang lebih terpuji”. Hal ini difirmankan oleh Allah dalam surah Ash-Shaf ayat 16.
          Nabi s.a.w itu seseorang pembesar yang berwibawa, dan sangat disegani oleh kaumnya. Maka dihamparkan orang permadani kebesaran untuk tempat duduknya. Suatu ketika Abdul Muthalib hendak duduk dipermadani yang telah dihamparkan orang, tiba-tiba Nabi s.a.w yang masih bocah ikut serta bersama kakeknya duduk dipermadani itu. Orang-orang yang melihat kejadian ini melarangnya karena tidak sopan. Maka Abdul Muthalib mencegah mereka agar tidak mengusik Muhammad s.a.w. Demikianlah ia sangat sayang kepada cucunya, dengan harapan agar cucunya bisa terhibur, sehingga dapat terlupakan kesedihan atas kematian ayah dan ibunya. Kira-kira 2 tahun Abdul Muthalib mengasuh Muhammad s.a.w, kemudian meninggal dunia. Disaat itulah Nabi Muhammad s.a.w ganti diasuh oleh pamannya yaitu Abu Thalib, yang merupakan wasiat Abdul Muthalib kepada anaknya yakni Abu Thalib.

5.     Nabi Muhammad S.A.W Menjadi Suami Siti Khadijah
          Abu Thalib yang mengasuh Nabi s.a.w adalah seorang yang kurang mampu dalam perekonomiannya. Pada suatu saat Abu Thalib pergi berdagang ke negeri Syam Nabi Muhammad s.a.w dibawa serta. Ketika itu beliau masih berusia 12 tahun. Ditengah perjalanan rombongannya bertemu dengan seorang pendeta Nasrani “Bahira” namanya. Pendeta itu sedang mencari-cari siapakah Rasul yang penghabisan yang disebut dalam Taurat dan Injil itu? Setelah pendeta itu melihat Muhammad s.a.w, tahulah ia akan tanda-tanda keNabian yang ada pada Muhammad s.a.w, maka ia pun menasehati Abu Thalib agar Muhammad dibawa kembali ke Makkah. setelah beliau menginjak dewasa, mulailah berusaha sendiri dalam bergadang. Pada waktu itu siapa saja pasti mengenal Muhammad adalah seorang pemuda yang jujur, maka itulah Khadijah seorang janda yang kaya telah mempercayakan kepada beliau untuk membawa barang dagangannya. Maka itulah Khadijah ingin menyampaikan isi hatinya, maka diutuslah seorang teman dekatnya untuk melamar Nabi s.a.w. Rupanya keluarga Nabi s.a.w pun menyetujui, maka diterimalah lamaran itu dan akhirnya beliau melangsungkan pernikahan dengan Khadijah yang sudah berumur 40 tahun, sedangkan Nabi s.a.w msih berumur 25 tahun.




6.     Muhammad s.a.w Menerima Wahyu
          Muhammad yang kehidupannya dikelilingi oleh berbagai kesesatan membuat jiwanya tidak tenang. Beliau kemudian bertekat untuk mencari kebenaran hakiki. Beliau pun pergi dari keramaian, ia pergi ke gua di puncak Gunung Hira yang letaknya jauh sebelah utara Makkah. Disana Muhammad merenung dan berdoa.
          Hari demi hari, tahun berganti dan bulan Ramadhan pun tiba. Muhammad kembali bergegas pergi ke gua Hira. Saat itu beliau berumur 40 tahun.
          Setelah bertahun-tahun mencari kebenaran, akhirnya Muhammad s.a.w mendapat petunjuk melalui mimpinya. Mimpi yang memancarkan cahaya kebenaran memberi arah hidup yang lurus. Ia yakin bahwa dengan sepenuh hatinya bahwa Allah Yang Maha Besar, sang khalik alam semesta. Tiada tuhan selain Allah. Selanjutnya datanglah Malaikat Jibril kepadanya dengan membawa wahyu dari Allah.
          Setelah setiap kata itu terpatri dalam jiwa Muhammad s.a.w malaikat pun  pergi.
          Selanjutnya, Muhammad s.a.w pulang ke rumah dengan membawa risalah kenabian. Saat itu wajahnya terlihat pucat, jantungnya berdebar kencang. Ketika bertemu istrinya, Muhammad s.a.w berkata “Selimuti aku ya Khadijah.”
          Nabi s.a.w pun kembali beristirahat, sedangkan Khadijah pergi ke rumah saudara sepupunya Waraka bin Naufal dan menceritakan kejadian itu.
          Setelah itu ia berkata “Suamimu telah menerima wahyu seperti yang dialami Musa. Percayalah Khadijah, sesungguhnya suamimu itu adalah nabi umat ini. Demikian Allah mengutus Muhammad s.a.w sebagai rasul untuk menerangi kehidupan manusia yang berada dalam kesesatan.”
          Sesampai di rumah Khadijah melihat suaminya masih tidur. Tiba-tiba Rasulullah s.a.w menggigil, nafasnya terasa sesak dan keringat yang membasahi wajahnya. Rasulullah s.a.w pun terbangun dan ketika itu Malaikat datang membawakan wahyu kepadanya (Surah Al-Muddassir (74) : 1-7)
          Khadijah yang menentramkan hatinya dan menceritakan apa yang didengarnya dari Waraka. Khadijah kemudian menyatakan dirinya beriman atas kenabiannya itu. Selanjutnya Rasulullah s.a.w memikirkan cara untuk mengajak kaum kuraisy supaya beriman. Karna watak mereka yang keras, Rasulullah s.a.w pun kembali menantikan bimbingan wahyu dalam menghadapi masalahnya. Namun ternyata wahyu itu tidak turun. Rasulullah s.a.w kembali pergi ke bukit-bukit dan menyendiri lagi dalam Gua Hira. Ditengah kecemasan dan rasa takut yang dirasakan Rasulullah s.a.w turunlah firman allah (Surah ad-dhuha (93) : 1-11)
          Rasulullah s.a.w dan keluarganya semakin yakin akan kebenaran islam. Bahkan putra
pamannya ali bin abi thalib yang saat itu msih sangan muda menyatakan keislamannya.


7.     Wafatnya Nabi Muhammad S.A.W
          Suatu ketikadatanglah para utusan kabilah-kabilah Arab kepada Nabi s.a.w dan menyatakan menjadi pemeluk agama Islam, saat itu turunlah surat An-Nashr.
          Dengan turunnya ayat tersebut, terasalah oleh Nabi s.a.w bahwa tugasnya sudah hampir selesai. Karena itu beliau berniat hendak melakukan Haji Wada’ (penghabisan). Maka pada tahun 10 hijriyah, keluarlah beliau beserta 100.000 kaum muslimin untuk melakukan Haji Wada’. Ketika beliau di padang Arafah turun wahyu yang terakhir dari Allah, surah Al-Maidah ayat : 3
          Wahyu tersebut menjelaskan bahwa Islam sudah sempurna dan tidak ada lagi wahyu yang akan turun, karena sebentar lagi Rasulullah s.a.w akan dipanggil kehadirat Allah S.W.T. ketika ayat itu turun, Nabi s.a.w tidak kuat menerimanya, mengingat isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut, maka beliau bersandar pada ontanya dan ontanya duduk.
          Nabi pun kembali ke Madinah, kemudian mengumpulkan para sahabatnya dan membacakan ayat tersebut. Sejak itulah beliau sering kali menderita sakit kepala dan demam, sembuh sebentar lalu sakit lagi, begitulah yang sering terjadi pada beliau, sehingga sampai datang ajal beliau. Nabi Muhammad s.a.w adalah dimana setelah beliau sudah tidak ada Nabi lagi sampai hari kiamat datang, maka itu beliau menjadi penutup Rasul. Beliau wafat tidak meninggalkan warisan emas dan perak atau harta benda lain kepada keluarga dan para sahabat serta umatnya, namun beliau meninggalkan warisan wasiat yang sangat singkat, tetapi meliputi dunia seisinya bahkan lebih dari itu.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar