1.
Lahirnya
Nabi Muhammad S.A.W
Disaat itu lahir dari keluarga yang sederhana, seorang bayi yang kelak
akan membawa kemajuan peradaban manusia makhluk yang mempunyai akal dan
pikiran. Bayi itu yatim, bapanya yang bernama Abdullah telah meninggal dunia
kurang lebih 3 bulan sebelum dia dilahirkan. Atas kelahiran bayi itu disambut
oleh kakeknya yang bernama Muthalib dengan penuh kasih sayang dan kemudian bayi
itu dibawanya kekaki Ka’bah. Ditempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad.
Kelahiran Nabi Muhammad s.a.w pada tanggal 12 Rabiul awal tahun gajah
bertepatan dengan tanggal 20 april tahun 571 masehi. Tahun kelahiran beliau disebut
tahun gajah, karna pada waktu negeri Makkah kedatangan tentara pasukan yang
berkendaraan gajah hendak menghancurkan Ka’bah. Ketika pasukan itu hendak
meruntuhkan Ka’bah, maka Allah mengutus burung Ababil untuk menghancurkan pasukan
itu dengan melempari kerikil-kerikil batu sehingga mereka bagaikan daun-daun kayu
yang dimakan ulat. Hal ini difirmankan Allah dalam surah Al-Fil.
2.
Bayi
Muhammad S.A.W Membawa Keberkahan
Menjadi adat kebiasaan orang-orang Makkah sewaktu itu, setiap bayi dicarikan
orang dari pegunungan untuk mengasuh dan memeliharanya, karena dikota Makkah hawanya
tidak cocok untuk bayi. Saat itu seorang perempuan suku Badwi Halimatus Sa’diah
namanya, datang kedapa Siti Aminah ibu Nabi s.a.w menawarkan dirnya untuk merawat
Muhammad s.a.w. Atas persetujuan semua keluarga, diserahkanlah bayi Muhammad s.a.w
kepada Halimatus S’diah. Setelah mendapat bayi Muhammad s.a.w, ia dapat merasakan
perubahan nasib hidupnya. Sebelumnya ia selalu menemui hidup serba susah, dan anak
kandungnya sering menangis karena kelaparan
dan kekurangan air susu. Setelah
bayi Muhammad s.a.w tinggal bersamanya, kehidupnya mulai berubah menjadi
berkecukupan. Saat Halimah merasakan bahwa dirinya mendapatkan rahmat dari Allah
lantaran bayi Muhammad s.a.w yang dikaruniai keberkahan itu. Selama 4 tahun Muhammad
s.a.w diasuh dan dibesarkan dalam pengawasan Halimatus Sa’diyah.
3.
Nabi
Muhammad S.A.W Menjadi Yatim Piatu
Genap
enam tahun umur Nabi s.a.w, saat beliau diajak oleh ibunya pergi ke Madinah
untuk diperkenalkan kepada keluarga nenenya Bani Najjar yang sekaligus diajak
berkunjung kepusara ayahnya dimana dikuburkan. Satu bulan beliau tinggal di Madinah
bersama ibunya, kemudian kembali ke Makkah. Dalam perjalanan mereka ke Makkah,
baru sampai disebuah kampung yang bernama Abwa’, mendadak Siti Aminah yaitu ibu
Nabi s.a.w jatuh sakit sehingga wafat disitu juga. Setelah pemakaman ibunya
selesai, beliaupun meneruskan perjalanannya menuju Makkah bersama dengan kakeknya.
4.
Nabi
S.A.W Menjadi Kesayangan Kakeknya
Sejak ibunya wafat Nabi s.a.w diasuh oleh kakek dari ayahnya, yang bernama
Abdul Muthalib, ia sangat sayang sekali kepada Nabi s.a.w. dimana ketika Nabi
dilahirkan, ia sendiri yang memberikan nama “Muhammad” yang artinya “Orang yang
terpuji”. Satu nama yang diberikan oleh kakeknya itu sesuai dengan nama pemberian
dari Allah yaitu “Ahmad” artinya ”Orang
yang lebih terpuji”. Hal ini difirmankan oleh Allah dalam surah Ash-Shaf ayat 16.
Nabi s.a.w itu seseorang pembesar yang berwibawa, dan sangat disegani
oleh kaumnya. Maka dihamparkan orang permadani kebesaran untuk tempat duduknya.
Suatu ketika Abdul Muthalib hendak duduk dipermadani yang telah dihamparkan orang,
tiba-tiba Nabi s.a.w yang masih bocah ikut serta bersama kakeknya
duduk dipermadani itu. Orang-orang yang melihat kejadian ini melarangnya karena
tidak sopan. Maka Abdul Muthalib mencegah mereka agar tidak mengusik Muhammad
s.a.w. Demikianlah ia sangat sayang kepada cucunya, dengan harapan agar cucunya
bisa terhibur, sehingga dapat terlupakan kesedihan atas kematian ayah dan ibunya.
Kira-kira 2 tahun Abdul Muthalib mengasuh Muhammad s.a.w, kemudian meninggal
dunia. Disaat itulah Nabi Muhammad s.a.w ganti diasuh oleh pamannya yaitu Abu
Thalib, yang merupakan wasiat Abdul Muthalib kepada anaknya yakni Abu Thalib.
5.
Nabi
Muhammad S.A.W Menjadi Suami Siti Khadijah
Abu Thalib yang mengasuh Nabi s.a.w adalah seorang yang kurang mampu
dalam perekonomiannya. Pada suatu saat Abu Thalib pergi berdagang ke negeri
Syam Nabi Muhammad s.a.w dibawa serta. Ketika itu beliau masih berusia 12
tahun. Ditengah perjalanan rombongannya bertemu dengan seorang pendeta Nasrani
“Bahira” namanya. Pendeta itu sedang mencari-cari siapakah Rasul yang
penghabisan yang disebut dalam Taurat dan Injil itu? Setelah pendeta itu
melihat Muhammad s.a.w, tahulah ia akan tanda-tanda keNabian yang ada pada
Muhammad s.a.w, maka ia pun menasehati Abu Thalib agar Muhammad dibawa kembali
ke Makkah. setelah beliau menginjak dewasa, mulailah berusaha sendiri dalam
bergadang. Pada waktu itu siapa saja pasti mengenal Muhammad adalah seorang
pemuda yang jujur, maka itulah Khadijah seorang janda yang kaya telah mempercayakan
kepada beliau untuk membawa barang dagangannya. Maka itulah Khadijah ingin menyampaikan
isi hatinya, maka diutuslah seorang teman dekatnya untuk melamar Nabi s.a.w.
Rupanya keluarga Nabi s.a.w pun menyetujui, maka diterimalah lamaran itu dan akhirnya
beliau melangsungkan pernikahan dengan Khadijah yang sudah berumur 40 tahun,
sedangkan Nabi s.a.w msih berumur 25 tahun.
6.
Muhammad
s.a.w Menerima Wahyu
Muhammad yang kehidupannya dikelilingi oleh berbagai kesesatan membuat
jiwanya tidak tenang. Beliau kemudian bertekat untuk mencari kebenaran hakiki.
Beliau pun pergi dari keramaian, ia pergi ke gua di puncak Gunung Hira yang letaknya
jauh sebelah utara Makkah. Disana Muhammad merenung dan berdoa.
Hari demi hari, tahun berganti dan bulan Ramadhan pun tiba. Muhammad
kembali bergegas pergi ke gua Hira. Saat itu beliau berumur 40 tahun.
Setelah bertahun-tahun mencari kebenaran, akhirnya Muhammad s.a.w mendapat
petunjuk melalui mimpinya. Mimpi yang memancarkan cahaya kebenaran memberi arah
hidup yang lurus. Ia yakin bahwa dengan sepenuh hatinya bahwa Allah Yang Maha
Besar, sang khalik alam semesta. Tiada tuhan selain Allah. Selanjutnya datanglah Malaikat Jibril kepadanya dengan
membawa wahyu dari Allah.
Setelah setiap kata itu terpatri dalam jiwa Muhammad s.a.w malaikat
pun pergi.
Selanjutnya, Muhammad s.a.w pulang ke rumah dengan membawa risalah kenabian.
Saat itu wajahnya terlihat pucat, jantungnya berdebar kencang. Ketika bertemu
istrinya, Muhammad s.a.w berkata “Selimuti aku ya Khadijah.”
Nabi s.a.w pun kembali beristirahat, sedangkan Khadijah pergi ke rumah saudara
sepupunya Waraka bin Naufal dan
menceritakan kejadian itu.
Setelah itu ia berkata “Suamimu telah menerima wahyu seperti yang dialami
Musa. Percayalah Khadijah, sesungguhnya suamimu itu adalah nabi umat ini.
Demikian Allah mengutus Muhammad s.a.w sebagai rasul untuk menerangi kehidupan
manusia yang berada dalam kesesatan.”
Sesampai di rumah Khadijah melihat suaminya masih tidur. Tiba-tiba
Rasulullah s.a.w menggigil, nafasnya terasa sesak dan keringat yang membasahi wajahnya.
Rasulullah s.a.w pun terbangun dan ketika itu Malaikat
datang membawakan wahyu kepadanya (Surah Al-Muddassir (74) : 1-7)
Khadijah yang menentramkan hatinya dan menceritakan apa yang didengarnya
dari Waraka. Khadijah kemudian menyatakan
dirinya beriman atas kenabiannya itu. Selanjutnya Rasulullah s.a.w memikirkan cara
untuk mengajak kaum kuraisy supaya beriman.
Karna watak mereka yang keras, Rasulullah s.a.w pun kembali menantikan bimbingan
wahyu dalam menghadapi masalahnya. Namun ternyata wahyu itu tidak turun. Rasulullah
s.a.w kembali pergi ke bukit-bukit dan menyendiri lagi dalam Gua Hira. Ditengah
kecemasan dan rasa takut yang dirasakan Rasulullah s.a.w turunlah firman allah
(Surah ad-dhuha (93) : 1-11)
Rasulullah s.a.w dan keluarganya semakin
yakin akan kebenaran islam. Bahkan putra
pamannya
ali bin abi thalib yang saat itu msih sangan muda menyatakan keislamannya.
7.
Wafatnya
Nabi Muhammad S.A.W
Suatu ketikadatanglah para
utusan kabilah-kabilah Arab kepada Nabi
s.a.w dan menyatakan menjadi pemeluk agama Islam, saat itu turunlah surat
An-Nashr.
Dengan turunnya ayat tersebut, terasalah oleh Nabi s.a.w bahwa tugasnya
sudah hampir selesai. Karena itu beliau
berniat hendak melakukan Haji Wada’ (penghabisan). Maka pada
tahun 10 hijriyah, keluarlah beliau beserta 100.000 kaum muslimin untuk melakukan
Haji Wada’. Ketika beliau di padang Arafah turun wahyu yang terakhir dari Allah,
surah Al-Maidah ayat : 3
Wahyu tersebut menjelaskan bahwa Islam sudah sempurna dan tidak ada lagi
wahyu yang akan turun, karena sebentar lagi Rasulullah s.a.w akan dipanggil kehadirat
Allah S.W.T. ketika ayat itu turun, Nabi s.a.w tidak kuat menerimanya, mengingat
isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut, maka beliau bersandar pada ontanya dan ontanya duduk.
Nabi pun kembali ke Madinah, kemudian mengumpulkan para sahabatnya dan membacakan ayat tersebut. Sejak
itulah beliau sering kali menderita sakit kepala dan demam, sembuh sebentar lalu
sakit lagi, begitulah yang sering terjadi pada beliau, sehingga sampai datang ajal
beliau. Nabi Muhammad s.a.w adalah dimana setelah
beliau sudah tidak ada Nabi lagi sampai hari kiamat datang, maka itu beliau
menjadi penutup Rasul. Beliau wafat tidak meninggalkan warisan emas dan perak atau
harta benda lain kepada keluarga dan para sahabat serta umatnya, namun beliau
meninggalkan warisan wasiat yang sangat singkat, tetapi meliputi dunia seisinya
bahkan lebih dari itu.